Tuesday 9 February 2016

Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin


Hidup ini rahasia, ya rahasia yang besar yang tidak ada seorang pun memahaminya dan mengetahui jalan ceritanya. Tidak aku, kau atau mereka. Kita semua sama, berperan dalam peran masing-masing dalam kehidupan penuh rahasia tersebut, bertalian dalam benang merah alur kehidupan. Apa yang terjadi padaku, padamu dan pada mereka sudah ada yang mengatur. Apa yang menjadi jalan hidupku, hidupmu dan hidup mereka juga sudah ditetapkan, namun kita diberikan akal dan pemahaman untuk memilih jalan hidup yang kita ambil termasuk resikonya.
Pemahaman akan hidup itu sendiri yang dapat di artikan dalam banyak pola pemikiran, tergantung akan kedewasaan kita dalam memahami. Ah ya lagi-lagi soal pemahaman. Semua akan selalu berubah “pemahaman” akan selalu berubah, mengalami peningkatan selalu dan akan selalu begitu.
Bahwa hidup harus menerima penerimaan yang indah, bahwa hidup harus mengerti pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan pengertian dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian sedih dan menyakitkan.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
Arti yang sangat luas, butuh penerimaan, pengertian dan pemahaman akan semua itu. Apa yang yang terjadi padaku, padamu dan pada mereka tentu menghasilkan penerimaan, pengertian dan pemahaman yang berbeda.
Daun saja dapat tidak membenci angin seumpama ia dipisahkan dari dahan yang menopangnya selama ini, dahan yang membuat ia nyaman. Terpisahkan dari dahan yang disana ada bunga yang membuat tampilannya lengkap indah. Lalu dihembuskan dan luluh jatuh, kata jatuh tentu memiliki penerimaan, pengertian dan pemahaman yang sama antara aku, kamu dan mereka. “jatuh” tentu sakit, terluka, kecewa, sedih dan menyakitkan. Tapi belajarlah pada daun bahwa ia tidak pernah membenci angin yang membuatnya jatuh ke tanah.
Daun memiliki penerimaan, pengertian dan pemahaman yang indah. Baginya “jatuh” tak selamanya sakit, terluka, kecewa, sedih dan menyakitkan. Baginya “jatuh” adalah babak baru, ia akan membusuk di tanah, dengan mengalami evolusi yang berarti “butuh waktu” untuk mengubah dirinya menjadi humus. Ya humus. Pupuk alami yang akan memberikan efek baik bagi sang pohon. Memberikan efek yang baik bagi sang tanah. Jatuhnya tidak pernah sia-sia. Maka ia tak membebani dengan menyalahkan dan membenci angin.
Tak selamanya kejadian sedih dan menyakitkan menimbukan keburukan. Dengan penerimaan, pengertian dan pemahaman yang sederhana seperti sang daun kau akan menemukan kebahagiaan, mungkin tidak untukmu tapi bagi yang lain disekitarmu.
Kadang kita butuh rehat…sesaat….diam dan berfikir.

No comments:

Post a Comment