Monday 15 February 2016

Keajaiban Hujan


“Oh hujan yang mulia, kehadiranmu sering dicela, manusia sering lupa, padahal engkau adalah rahmat dari Yang maha Kuasa”. Hujan merupakan karunia yang luarbiasa, sebagian pihak menunggu kehadirannya, namun ia kerap dicela ketika sudah sering hadir bagi mereka.
Kita selaku mukmin harus mengakui bahwa hujan adalah nikmat dari Allah Ta’ala, bahkan Allah menyifatinya dengan sebutan Mubarak yang artinya penuh dengan berkah, Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari langit air yang Mubaarakan (banyak manfaatnya) lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam” (QS. Qaaf: 9).
Allah juga mengabarkan kepada kita bahwa melalui perantara hujanlah, bumi yang dulunya kering dan mati kini menjadi hidup kembali. Allah berfirman, “Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya.” (QS. Al-Baqarah: 164) Hal senada juga terdapat dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 30.
Ketika hujan turun pertama kali, kita dianjurkan untuk bermain hujan-hujanan. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas, ia berkata; Kami diguyur hujan ketika bersama Rasulullah, beliau membuka pakaiannya sehingga terkena hujan, lalu kami pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kenapa anda melakukan hal itu?’ beliau menjawab: “Karena hujan ini merupakan rahmat yang baru saja diturunkan oleh Allah Ta’ala” (HR. Muslim, 898).
Bahkan para ulama hadits seberti Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya dan Adab Mufrad, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Hibban dalam Shahihnya serta Baihaqi dalam Sunan al-Kubra. Mereka semua menulis bab khusus tentang anjuran untuk bermain hujan-hujanan.
Siapa yang menurunkan hujan dan bagaimana prosesnya?
Jelas bahwa yang menurunkan hujan adalah Allah Ta’ala, kita tidak boleh mengatakan bahwa hujan turun karena pengaruh bintang. Mengapa demikian? karena begitulah yang disampaikan oleh Baginda Shallallaahu Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwatkan oleh Shahabat yang mulia Zaid bin Khalid bahwa Rasulullah bersabda, Allah berfirman, “Orang yang berkata; ‘Hujan turun karena karunia Allah dan rahmatNya’, berarti ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang, sedangkan yang berkata, ‘Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah beriman kepada bintang-bintang dan kafir kepada-Ku.” (HR. Bukhari, 846 1038, 4147)

Adapun prosesnya adalah sebagaimana yang diterangkan oleh seorang pakar sains Islam Dr. Nadiah sebagai berikut. “Era sekarang adalah era puncak kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, tak seorang pun bisa menjelaskan bagaimana air hujan turun. Ada banyak teori dibuat untuk menjelaskan fenomena ini, namun tak satu pun yang bisa memastikan bagaimana proses turunnya air hujan.
Allah berfirman, “Kamukah yang menurunkannya dari awan (al-Muzn) ataukah kami yang menurunkannya?” (Al-Waqi’ah: 69).
Kata al-Muzn pada ayat ini berarti awan tebal yang membawa uap air. Akan tetapi, awan tebal kadang-kadang mandul, tidak menurunkan hujan. Jadi Allah-lah yang menganugerahkan kepada kita hujan yang menurunkan air tawar yang menyegarkan. Dan, orang-orang pun mengetahui bahwa Rasulullah menyambut hujan dengan kedua telapak tangannya, seraya bersababda, “Ini anugerah dari Allah baru saja turun.”

Setelah air dikeluarkan dari perut bumi melalui kawah-kawah gunung berapi, kemudian turunlah hujan. Lalu, hujan itu memenuhi kubangan-kubangan laut dan samudra. Dari sini, dimulailah proses daur ulang (metamorfosis) air; cahaya matahari menguapkan air di permukaan laut dan samudra lalu uap tersebut naik ke atas, kemudian uap itu menjadi awan dan menurunkan air hujan. [Sains Dalam Al-Quran, Dr. Nadiah Thayyarah, hlm 521-523]
Semoga kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, tak terkecuali hujan, karena nikmat yang satu ini sering dijadikan sebagai celaan, ia kerap dituduh “menganggu” aktivitas-aktivitas manusia yang dilakukan di luar rumah. Padahal sebaliknya, dengan hujanlah rahmat dan berkah Allah akan turun ke bumi. Hujan juga merupakan tanda kasih sayang Allah kepada kita, dengannya kita bisa hidup dan “tanpanya” kita akan binasa.
Sungguh Allah Rabb Yang maha baik nan bijaksana, semoga Dia menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hamba-Nya yang bersyukur. Allaahumma Amiin.
Oleh: Fitra Hudaiya NA

No comments:

Post a Comment