Monday 15 February 2016

Rezekimu tidak akan Tertukar dengan Rezekiku


Mungkin engkau tidak tau di mana rezekimu. Tapi rezekimu tau di mana dirimu. Dari lautan, bumi, dan gunung, Allah memerintahkannya untuk menujumu. Allah menjamin rezekimu sejak 3 bulan engkau dalam kandungan ibumu. Amatlah keliru bila bertawakkal rezeki dimaknai dari hasil bekerja. Karena bekerja adalah ibadah. Sedang rezeki itu urusan Allah.
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-NYA. Adalah kekeliruan berganda. Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji. Yang mungkin esok akan ditinggal mati. Mereka lupa, bahwa hakikat rezeki bukanlah apa yang tertulis dalam angka. Tetapi apa yang telah dinikmatinya.
Rezeki tidak selalu terletak pada pekerjaan kita. Allah menaruh sekehendak-NYA. Hajar (istri Nabi Ibrahim) bolak balik 7x berlari antara Shafa dan Marwa. Tetapi zam-zam justru terbit dari kaki bayinya.
Ikhtiar itu perbuatan. Rezeki itu kejutan. Dan jangan lupa!! Tiap hakikat rezeki akan ditanya. “Dari mana dan untuk apa?” Karena rezeki adalah “hak pakai”. Halalnya dihisab. Haramnya diazab. Maka janganlah engkau iri pada rezeki orang lain. Bila engkau iri pada rezekinya, engkau juga harus iri pada takdir kematiannya.
Karena Allah membagi rezeki, jodoh dan usia umat-Nya. Tanpa bisa tertukar satu dengan lainnya. Jadi, yakinlah semua adalah kehendak-NYA…

No comments:

Post a Comment