Tuesday 1 March 2016

Al-Quran: Takkan Kubiarkan Kau Pergi dari Hatiku


Pagi ini, ada tamu yang datang ke hatiku. Sambil mengetuk pintu. Dengan pelan. Pintu kubuka, dan kulihat sebuah buku berdebu yang ingin bertemu.

“wah, qur’an-ku… apa kabar…???” Aku menyambut al-qur’an itu. Kupersilahkan ia masuk. Bingung aku harus menyuruhnya duduk dimana. Sudah sesak dengan buku kiat sukses untuk menjadi kaya, tumpukan koran berita lowongan kerja serta berbagai barang lainnya.

Hatiku tidak luas, penuh dengan urusan-urusan dunia. Sempit, pengap, dan lembab. Kubiarkan saja ketika ia duduk dipojokan dekat jendela hati. Jendela dengan pemandangan tembok batu. Gelap sekali.

Qur’an-ku terus membisu. Wajahnya lesu. Memaksaku mengingat kembali masa-masa itu. Saat pertama kali bisa membaca ‘bismillahirrahmanirrahim’, betapa senang rasa hatiku. Ada perasaan ‘puas’ yang tak bisa dilukiskan di hati. Akhirnya… akhirnya aku tahu bagaimana mengucapkan tulisan itu!

Oh, sekarang aku sadar mengapa ia datang untuk bertamu. Qur’an-ku. Mengingatkanku untuk selalu mengenang masa itu.

Masa dimana aku sangat menghormatinya, yang selalu kubaca, kupelajari, kuhayati dalam hati, agar bisa kuamalkan sehari-hari. Karena quran-ku adalah sebaik-baiknya kitab seluruh zaman.

Tampak sekarang diriku yang sombong, tamak dan diselumuti rasa keserakahan akan kebutuhan duniawi… sudah sejak usia 5 tahun bisa membaca qur’an tapi tetap belum mau menyelesaikannya hingga khatam. Padahal membaca dan memahami seluruh isi al-qur’an, kita kan dapat memahami bagaimana semestinya aku dapat menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Namun sayangnya…. Semua itu cuma teori. Sebab sejak kelas 1 sma, aku mulai malas untuk membacanya.

Saat ini qur’an-ku hanya tergeletak disebuah rak penuh debu. Tak pernah lagi aku membacanya.

Rupanya semakin bertambah usia, aku belum juga sadar. Tentang “ilmu tua”. Bahwa hidup sesungguhnya sederhana. Cukup ambil secukupnya. Bagikan selebihnya. Karena kita hidup didunia tak selamanya.

Qur’an-ku mulai menggeser duduknya. Ingin berdiri. Mau pergi. Tak mau kalah cepat kususul berdiri. Berlari. Menuju pintu. Menutupnya. Dan dengan segera ku kunci pintu itu. Agar ia takkan pernah pergi dari hatiku.


No comments:

Post a Comment