Pagi ini, ada tamu yang datang ke hatiku. Sambil mengetuk pintu.
Dengan pelan. Pintu kubuka, dan kulihat sebuah buku berdebu yang ingin bertemu.
“wah, qur’an-ku… apa
kabar…???” Aku menyambut al-qur’an itu. Kupersilahkan ia masuk. Bingung aku
harus menyuruhnya duduk dimana. Sudah sesak dengan buku kiat sukses untuk
menjadi kaya, tumpukan koran berita lowongan kerja serta berbagai barang lainnya.
Hatiku tidak luas,
penuh dengan urusan-urusan dunia. Sempit, pengap, dan lembab. Kubiarkan saja
ketika ia duduk dipojokan dekat jendela hati. Jendela dengan pemandangan tembok
batu. Gelap sekali.
Qur’an-ku terus
membisu. Wajahnya lesu. Memaksaku mengingat kembali masa-masa itu. Saat pertama
kali bisa membaca ‘bismillahirrahmanirrahim’,
betapa senang rasa hatiku. Ada perasaan ‘puas’ yang tak bisa dilukiskan di hati.
Akhirnya… akhirnya aku tahu bagaimana mengucapkan tulisan itu!
Oh, sekarang aku sadar
mengapa ia datang untuk bertamu. Qur’an-ku. Mengingatkanku untuk selalu mengenang
masa itu.
Masa dimana aku sangat
menghormatinya, yang selalu kubaca, kupelajari, kuhayati dalam hati, agar bisa
kuamalkan sehari-hari. Karena quran-ku adalah sebaik-baiknya kitab seluruh
zaman.
Tampak sekarang diriku
yang sombong, tamak dan diselumuti rasa keserakahan akan kebutuhan duniawi…
sudah sejak usia 5 tahun bisa membaca qur’an tapi tetap belum mau
menyelesaikannya hingga khatam. Padahal membaca dan memahami seluruh isi al-qur’an,
kita kan dapat memahami bagaimana semestinya aku dapat menjalani kehidupan ini
dengan sebaik-baiknya.
Namun sayangnya…. Semua
itu cuma teori. Sebab sejak kelas 1 sma, aku mulai malas untuk membacanya.
Saat ini qur’an-ku
hanya tergeletak disebuah rak penuh debu. Tak pernah lagi aku membacanya.
Rupanya semakin
bertambah usia, aku belum juga sadar. Tentang “ilmu tua”. Bahwa hidup
sesungguhnya sederhana. Cukup ambil secukupnya. Bagikan selebihnya. Karena kita
hidup didunia tak selamanya.
Qur’an-ku mulai
menggeser duduknya. Ingin berdiri. Mau pergi. Tak mau kalah cepat kususul
berdiri. Berlari. Menuju pintu. Menutupnya. Dan dengan segera ku kunci pintu
itu. Agar ia takkan pernah pergi dari hatiku.
No comments:
Post a Comment