Monday 14 March 2016

Pernahkah Terpikir Saat Gerhana Akan Tidak Terjadi Lagi


Pernahkah terpikir saat gerhana akan terjadi, bagaimana jika mentari tak lagi menampakkan diri? Gelap tak lagi bermuara pada terang, cahaya siang tenggelam selamanya. Tak ada lagi pendar cahaya mentari yang menghangatkan. Bayangan hilang ditelan gulita. Dunia menjelma gelap yang tak berkesudahan. Masihkah terpikir untuk menyambut gerhana dengan pesta pora?

Bagaimana bila fenomena langka ini adalah tanda, bahwa akhir kehidupan manusia sudah sangat dekat. Tanda bahwa dunia sudah renta dan tinggal menunggu waktu untuk meregang nyawa. Tanda bahwa zaman sudah mendekati batas akhir yang sebenarnya.

Peringatan agar manusia bersiap untuk kepulangan yang tak mengenal kata kembali. Masihkah kita akan tertawa untuk kesenangan duniawi yang fana? Bagaimana bila waktu berhenti di detik ketika segalanya menjadi gelap? Detak jam tak lagi terdengar, hembus angin menderu memekakkan telinga. Dunia berguncang dan kita tak bisa melihat kemana harus berlari. Bagaimana bila dalam gelap alam tak lagi mau menjadi sahabat manusia? Berbalik melontarkan serangan yang membuat segalanya tak bersisa. Masihkah kita akan larut dalam kelalaian yang membinasakan?

Bukan pesta pora yang seharusnya dilakukan untuk 'menikmati' fenomena langka bernama gerhana, melainkan rukuk dan sujud yang lebih lama dan lebih khusyuk dari biasanya. Bukan kacamata khusus yang dibutuhkan saat gerhana, Kawan. Melainkan hati yang semakin takut pada-Nya, hingga ketakutan itu terus menerus membuat kita semakin mendekatkan diri pada-Nya.

Kawan, gerhana seharusnya menjadi peringatan untuk kita. Menjadi pengingat bahwa zaman sudah mendekati batas akhirnya. Fenomena langka ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita. Bahwa apa yang terlihat mustahil, menjadi sangat mungkin jika Allah sudah berkehendak. Jangan salah prioritas, Kawan. Menikmati gerhana dengan sujud penuh taubat akan terasa jauh lebih nikmat, dibandingkan menikmatinya dengan pesta pora tak bermakna.


Bukan.. Bukannya aku menakut-nakuti, Kawan. Aku hanya menyuarakan banyak pertanyaan 'bagaimana' yang berputar dalam pikiranku.

No comments:

Post a Comment