Anak
bagaikan cermin. Ya .. bagikan cermin interpretasi dari kedua orang tuanya. Serupa
namun tidak sama. Begitu juga dengan kebiasaan-kebiasaan kita sebagai orang
tuanya, akan mudah sekali ditirukan oleh anak-anak kita. Baik itu kebiasaan
baik maupun kebiasaan buruk dari orang tuanya. Orang tua yang tidak pernah
menggosok gigi pada waktu mau tidur, akan dilakukan hal yang sama oleh anaknya
yang tidak akan pernah menggosok giginya pada waktu mau tidur. Orang tua yang hanya
menyuruh saja anaknya untuk mengaji habis shalat magrib, maka anak tersebut
tidak akan mengaji ketika orang tuanya lupa menyuruh mengaji.
Anak
kecil yang dalam pertumbuhannya dapat diibaratkan seperti sebuah buku yang
masih kosong. Dimana buku kosong ini akan ditulis oleh sang anak ketika
berinteraksi dengan pikiran dan instingnya baik di lingkungan keluarganya
sendiri maupun di lingkungan sekitar keluarganya. Respon sang anak terhadap
aksi di keluarga dan lingkungan sekitar akan memberikan reaksi otak sang anak
dalam membentuk kepribadian diri sang anak. Keluarga dan lingkungan yang
positif tentunya memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan kepribadian
anak yang baik, begitu pula sebaliknya.
Dalam
sebuah penelitian telah dikemukakan bahwa, ‘Bila IQ seorang ibu 90, maka IQ
anaknya akan disekitar 90 pula’. Dalam studi herediter dijelaskan bahwa secara
biologis proses pemindahan sifat-sifat dasar atau karakteristik orang tua pada
keturunannya adalah sebesar 80%, sedangkan 20% ditentukan karena lingkungannya.
Hal ini dapat diartikan bahwa pembentuk kepribadian seorang anak akan sangat
ditentukan oleh kualitas dari orang tuanya. Sedangkan sisanya adalah pengaruh
dari lingkungannya baik keluarga, sekolah, masyarakat, dsb.
Penelitian
diatas dapat memberikan gambaran kepada orang tua, secara dominan kepribadian
seorang anak didominasi oleh orang tuanya. Baik dalam segi intelektualitas
maupun karakternya. Intelektual dasar seorang anak adalah bersifat Ilahiah,
artinya komposisi kualitas hardware intelektualitas seorang anak adalah anugerah
dari Allah SWT yang berbeda-beda terhadap anak lainnya. Namun penguatan
intelektualitas anak bisa dikembangkan dengan berbagai macam usaha seperti
bersekolah.
Berbeda
juga dengan karakter seorang anak, yang tidak bisa disamakan dengan
intelektualitas anak. Karakter seorang anak akan terbentuk dengan sendirinya
sesuai dengan apa yang telah dialami oleh anak tersebut. Baik kejadian positif
maupun negatif. Terutama kejadian di lingkungan keluarganya. Mengapa demikian?
Karena orang tua (Ibu dan Bapak) adalah seseorang yang menjadi idola bagi sang
anak. Maka secara insting anak respect terhadap segala tingkah laku dan
perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini diterima secara terus
menerus oleh sang anak sampai anak tersebut dewasa.
Dengan
berdasarkan psikologi perilaku anak tersebut. Kita sebagai orang tua hendaknya
memberikan sebuah kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan
dalam bertutur kata, dalam beretika, dalam pergaulan, dalam beragama, dalam
pola berpikir, dan sebagainya. Anak tidak perlu diperintahpun akan melakukan
hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang tuanya. Adalah tugas orang tua
yang harus mengembangkan kepribadian diri yang berkualitas baik untuk menjadi
teladan bagi anak yang menjadi kontribusi besar terhadap karakter anak.
Bagi
kita sebagai orang tua, tetaplah terus belajar untuk mengembangkan diri menjadi
lebih baik. Belajar terhadap sesama maupun dalam sebuah komunitas yang baik. Memperdalam agama dan memperbanyak ilmu, budaya, wawasan, dan pengalaman yang baik dan bermanfaat. Buanglah kebiasaan-kebiasaan buruk di keluarga
dan tampilkanlah kebiasaan-kebiasaan yang baik di hadapan anak. Insyaallah
anak-anak kita akan menjadi anak yang mempunyai intelektualitas dan kepribadian
yang baik.
Buah
yang jatuh tidak akan pernah jauh dari pohonnya. (kecuali ada yang mencuri
buahnya. Hehe..) Semoga bermanfaat.
Artikel keren lainnya:
Belum ada komentar untuk "Berikanlah Kebiasaan-Kebiasaan Yang Baik Untuk Membentuk Karakter Anak"
Post a Comment